Insiden (kecelakaan) berlangsung demikian saja tiada pilih siapa sebagai korban, di mana tempatnya, tengah lakukan kegiatan apakah serta kapan saatnya. Kita cuma dapat menghadapi supaya insiden tidak berlangsung baik pada diri kita atau orang di sekelilingnya. Menjadi contoh, karyawan yang bekerja pada ketinggian tiada diperlengkapi dengan alat perlindungan jatuh mempunyai kemampuan terjadinya insiden yakni jatuh dari ketinggian. Menjadi antisipasi, karena itu disediakan perlengkapan keselamatan untuk dipakai saat bekerja pada ketinggian. sepatu safety bisa menjadi apd yang harus di gunakan ketika bekerja. Kerugian paling besar dari satu insiden ialah cidera pada karyawan ditambah lagi bila sampai wafat. Karena hilangnya nyawa seorang tidak tergantikan dengan apa pun di banding perlengkapan yang rusak. Mengerti hal tersebut akan menolong seorang untuk lebih siaga dalam bekerja. Insiden ialah peristiwa yang berkaitan pekerjaan di mana satu cidera atau sakit penyakit (lepas besarnya tingkat keparahan) atau kematian berlangsung, atau bisa berlangsung. Satu insiden yang tidak mengakibatkan cidera, sakit penyakit atau kematian bisa dikatakan sebagai “near-miss”, “near-hit”, “close call”, atau “kejadian berbahaya”. Berdasar pada pengertian menurut OHSAS 18001 diatas, jika nearmiss masuk sisi dari insiden. Serta tiap-tiap insiden harus dikerjakan investigasi. Hal tersebut telah jadi sisi yang tidak terpisahkan dalam suatu skema manajemen apa pun terutamanya manajemen keselamatan serta kesehatan kerja. Menjadi seseorang karyawan yang sadar K3, tidak menginginkan insiden menerpa dianya juga rekanan kerja di sekelilingnya. Minimum untuk dianya, terkecuali buat mereka yang tidak perduli pada keselamatan dianya. Mencegah insiden mempunyai dua arah, yakni menahan insiden yang sama supaya tidak terulang lagi serta menahan kemampuan terjadinya insiden yang telah teridentifikasi saat membuat HIRA (Hazard Identification and Risk Assessment). Point pertama merujuk pada referensi hasil investigasi, sedang yang ke-2 ialah dari hasil analisis bahaya serta resiko. Arah mencegah insiden pada point pertama akan tidak dapat dikerjakan bila tidak ada laporan hasil investigasi insiden. Lalu laporan hasil investigasi insiden tidak ada dapat dibikin bila tidak ada insiden yang dilaporkan. Kuncinya ialah laporan insiden. Makin banyak insiden yang dilaporkan akan makin baik, karena akan mempermudah dalam memastikan referensi aksi perbaikan agar peristiwa yang sama tidak terulang lagi. Demikian sebaliknya bila ada insiden yang tidak dilaporkan, maka berkesempatan terjadinya insiden yang sama serta peluang peristiwa yang semakin besar lagi. Karyawan yang hebat ialah yang berani memberikan laporan insiden, bukan yang menutupinya atau memandang insiden suatu yang biasa saja. Akan tetapi banyak karyawan yang takut untuk memberikan laporan insiden. Ada banyak argumen insiden tidak dilaporkan, diantaranya: 1. Tidak ingin ikut serta dalam proses investigasi. 2. Memandang insiden yang berlangsung hanya kerugian yang kecil atau dikit. 3. Cemas perform K3 unit/ bagiannya dinilai jelek. 4. Pandangan yang kurang tentang arah dikerjakannya investigasi. 5. Desakan dari atasan atau pimpinan. Bila mereka ingin mengerti, jika aksi tidak memberikan laporan insiden bermakna membiarkan kerugian yang semakin besar. Seperti lubang yang kecil didalam perahu tidak diperbaiki, karena itu perahu itu makin lama akan terbenam. Oleh karenanya jangan sampai jadi karyawan yang “ngeyel” atau memandang “remeh” mengenai insiden yang berlangsung di tempat kerja. Bila belumlah dapat untuk memberi peran yang positif pada K3, minimum perduli pada diri pribadi tidak untuk menyumbang insiden.
0 Comments
Leave a Reply. |
Desain GrafisJasa Archives
February 2024
Categories |